Selamat Jalan, Sophie!

Bumi Merlion Day #5

Fitri - Trisa - Dewi
Senin, 19 Mei 2014 adalah hari terakhir saya di Singapore kali ini.
Semalam kami berhasil packing dan paginya beberapa dari kami menyempatkan diri ke Bugis Street, sebuah pusat oleh-oleh yang sayang untuk tidak dikunjungi. Saya, Mba Dewi dan Mba Fitri jalan bertiga dari hotel. Mas Rendra sebagai ketua rombongan kloter pertama ternyata sudah berangkat sekitar 15 menit sebelumnya. Suami tercinta nggak mau ikutan. Beliau ingin istirahat saja di hotel.

Lokasi Bugis Street ini tak jauh dari hotel 81 Selegie. Kami hanya perlu menyeberang, lalu berjalan di antara gedung-gedung. Setidaknya begitu yang dijelaskan Mas Irvan dan Mba Dian.
Tadinya saya ragu, gerbang gedung mana yang harus dimasuki. Akhirnya kami bertiga jalan sampai perempatan, lalu saya bertanya pada seseorang.
"Excuse me, Sir. Would you tell me the direction to Bugis Street?" 
Wah, lengkap banget, ya pertanyaanku? Hihi ....
Pria itu menjelaskan bahwa kami bisa menyeberang, lalu berjalan lurus dan masuk ke gedung-gedung di sebelah kanan. Oh, baiklah.

Dewi - Trisa - Fitri
Kami mengikuti instruksi itu. Belok ke kanan, lalu ke kiri memasuki sebuah jalan di antara gedung-gedung. Jalan berarah horizontal menyambut kami di ujung sana. Mulailah celingukan lagi. Mba Fitri bilang sebaiknya kita bertanya dulu, biar nggak nyasar. Tanpa buang waktu, saya pun bertanya pada seseorang yang sepertinya ingin menyeberang.
"Excuse me, sir. I wanna go to Bugis street. Is it far from here?"
"Ng ... no. Just go straight on."
"Thank you."
"Em ... dari mana, ya?" katanya tiba-tiba.
"Dari Indonesia," jawab saya.

Ooo ... sekampung rupanya. Dia memperkenalkan diri pada kami. Namanya Andre dari Kalimalang. Teman-teman bilang, mereka tadinya udah curiga jika pria itu orang Indonesia. Well, saya juga begitu, sih. Tapi tetap saja kalau lagi di LN begini saya start dulu dengan english. Siapa tahu salah duga. Ya, kan?
Dia sempat kami repotkan untuk menjadi fotografer kawasan Bugis Street.
Sampai di lokasi belanja kami langsung menyerbu toko souvenir.

Saya dan Mba Dewi pamit ke hotel duluan karena kami harus bongkar koper lagi. Kami melintasi jalan yang tadi kami lewati, dan hey, akhirnya kami melihat jalan tembus ke 81 Selegie dari kejauhan.
Namun saat baru saja kami menyeberangi sebuah jalan kecil, seorang pria langsung menyalamiku. Tak salah lagi. Dari kaos yang dikenakannya, saya tahu beliau saudara kami dari Herbalife Vietnam. Dalam bahasanya, ia memanggil anak muda di dekat bus untuk mengabadikan perjumpaan yang tak disengaja itu. Seorang anak muda yang lain ikutan bergaya sebelum pemotretan terjadi. Saya sendiri tak sempat mengeluarkan kamera. Mereka sebenarnya sudah sejak tadi dipanggil oleh rombongannya dari bus. Mereka harus segera berangkat ke negaranya, sementara aku dan Mba Dewi harus segera sampai di hotel.

Trisa at Changi Airport
Setelah tim lengkap dan semuanya siap, kami bergerak menuju Changi Airport.
Check in, imigrasi, Alhamdulillah semua terlewati dengan lancar. Berakhir sudah perjalanan kali ini.
Mungkin tidak semua kisah saya tuliskan. Beberapa di antaranya sengaja  saya simpan di dalam hati saja, sebagai kenangan, juga rasa syukur yang tak terhingga pada Allah SWT.

Terima kasih kepada:
- Suami tercinta, Bandaro Heru Eka Putra
- Papa, Mama dan Mertua saya atas doa dan dukungan beliau
- Kakak-kakak dan adik saya atas doa dan dukungannya
- Mentor kami, Mas Rendra, Mba Lina, Mas Yadi, Mba Dian
- Teman-teman saya semuanya

Saya sungguh bahagia.